Gagal 3 Bangkit jadi 12 Kolam Ikan, Begini Cerita Mitra Binaan Pertamina di Papua dan Papua Barat Kembangkan Usahanya hingga Naik Kelas

October 01, 2021

Jakarta – Terletak di ujung Timur Indonesia, Tanah Papua menyimpan aneka kekayaan dan potensi yang luar biasa. Mulai dari sumberdaya alam, manusia, hingga budaya yang menarik untuk digali. Salah satunya yakni cerita para pelaku usaha mikro kecil (UMK) binaan PT Pertamina (Persero) di sana. Meski berada wilayah yang cukup jauh dari pusat bisnis nasional, komitmennya untuk meningkatkan potensi ekonomi kecil di wilayahnya patut mendapat apresiasi.

Salah satunya adalah Wahyudi. Mitra binaan Pertamina asal Sorong, Papua Barat ini membagikan cerita menariknya terkait jatuh bangun merintis usaha budidaya ikan nila. Niat berbisnisnya muncul ketika melihat potensi lahan yang dimilikinya belum dimanfaatkan dengan baik. “Saat itu punya tanah 1 hektar, kebetulan tahun 2018 saya menang AJP (Anugerah Jurnalistik Pertamina), hadiahnya saya buat untuk membangun 4 kolam besar,” tuturnya.

Setelah seluruh kolam selesai dibangun, apesnya 3 dari 4 kolam tersebut bocor lalu ambles. Sehingga ketiga kolam tersebut rusak menyisakan 1 kolam saja. Dengan kolam yang tersisa, dia pun berkomitmen terus menjalankan bisnisnya. “Sekali siklus budidaya ikan bisa panen sekitar 100 kg ikan nila,” imbuhnya.

Melihat potensi pemasaran ikan yang cukup besar di Papua, akhirnya pada tahun 2020 Yudi memutuskan untuk bergabung menjadi mitra binaan Pertamina. Modal usaha yang didapatkan dia pergunakan untuk memperbanyak kolam ikannya. “Saya bangun 11 kolam lagi, ukurannya lebih kecil namun dengan perhitungan yang matang supaya tidak terjadi kegagalan kembali,” ujar pria 35 tahun ini.

Usahanya pun tidak sia-sia, bisnis budidayanya pun makin berkembang. Tidak hanya dipasarkan dalam bentuk mentah, Yudi juga menyediakan aneka olahan ikan nila seperti nila frozen dan abon nila. Di mana kedua produk tersebut sudah mendapatkan sertifikat halal MUI juga berkat pendampingan Pertamina melalui program UMK Academy.

Kemudian pada tahun ini, Wahyudi kembali terpilih dalam ajang UMK Academy 2021 setelah dia dinyatakan naik kelas dari Go Modern ke kelas Go Digital. Bahkan, dia juga diberi kesempatan menyampaikan testimoni saat Kickoff UMK Academy 2021 pada 23 Juni lalu. “Pematerinya bagus, berkompeten, dan hal yang disampaikan juga sangat berguna menunjang usaha saya,” pungkasnya.

Selain Wahyudi, juga ada peserta UMK Academy kelas Go Online asal Jayapura, Papua yakni Yafeth Wetipo. Pengusaha kopi khas Papua ini bahkan rela beralih profesi dari semula dosen menjadi roaster kopi. Namun, keputusannya pun tidak sia-sia. Usaha Kopi Highland Roastery makin berkembang dengan produksi mencapai 350 kg/ bulan dan omzet hingga Rp25 juta/ bulan. “Kalau yang banyak orang tahu tentang Papua adalah banyak emasnya, kini kita angkat emas hijaunya juga yakni kopi,” tuturnya.

Terkait ajang UMK Academy 2021, Yafeth juga merasakan manfaat yang luar biasa. Mulai dari pengetahuan terkait pemasaran secara online hingga proses coaching yang dirasa sangat baik dengan metode one on one. “Dengan dicoaching satu per satu kita lebih bebas menyampaikan keluhan usaha, dan masukan yang diberikan juga lebih spesifik untuk usaha kita saja,” tandasnya

Pjs. Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Fajriyah Usman menambahkan, melalui Program PUMK, Pertamina ingin senantiasa menghadirkan energi yang dapat menggerakkan roda ekonomi. Energi yang menjadi bahan bakar, serta energi yang menghasilkan pertumbuhan berkelanjutan. Serta berupaya terus mendorong setiap mitra binaan menjadi UMK naik kelas dan Go Global.

Pertamina juga senantiasa mendukung pencapaian SDGs (Sustainable Development Goals) melalui implementasi program-program berbasis ESG (Environmental, Social, and Governance) di seluruh wilayah operasionalnya. Hal ini merupakan bagian dari Tanggung Jawab Lingkungan dan Sosial (TJSL), demi mewujudkan manfaat ekonomi di masyarakat.